![]() |
| foto: istimewa |
Jember, Unjuk rasa ataupun demontrasi merupakan cara masayarakat menyampaikan aspirasi terhadap penguasa di depan umum, unjuk rasa biasanya diawali serangkaian proses pemberitauan dan perizinin yang harus dilalui agar tercipta atau berjalannya unjuk rasa.
Berbicara aksi/unjuk rasa ternyata ada beberapa hal unik yang dapat diamati, salah satu hal unik tersebut ialah sikap atau respon penguasa dalam menyikapi tuntutan aksi yang diaspirasikan masyarakat, dalam hal ini guys..!!! kita mencoba akan memperbandikan contoh penguasa menyikapi aksi antara DPRD Kabupaten Jember dan Bupati Jember yang sedang ramai dibicarakan pasca berjatuhannya korban.
Untuk memenuhi rasa penasaran para milenial, mari kita awali dari sikap DPRD Jember menyikapi dua aksi terakhir yang dilakukan oleh organisasi PMII .
Pertama, sikap dewan jember pada aksi tuntun perda RDTR dan Pembentukan Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA) pada 15 Oktober 2019 silam, sikap dewan dalam aksi tersebut merespon peserta aksi dengan positif. Dewan juga sempat melakukan dialog dengan peserta aksi diruangnya dan meberikan pemaparan bahwa domain tuntutan pengaplikasiannya berada di wialayah eksekutif sebelum selanjutnya penandatangan kesepakatan beberapa tuntutan dengan peserta aksi.
Kedua kita tidak perlu susah mengingatnya untuk menilai sikap dewan pada aksi siang hari tadi 09 maret 2020 dengan tuntutan pengembalian saluran irigas, pada aksi kali ini dewan kembali menerima peserta aksi tanpa perlu harus berorasi terlalu lama, dewan mempersilahkan perwakilan PMII dan petani puger menjelaskan tuntutan yang diaspirasikan serta dewan kembali melakukan tanda tangan komitmen mengawal sepuluh tuntutan yang diaspirasikan.
Selanjutnya mari kita bandingkan guys...!!! dengan sikap bupati jember pada dua aksi tersebut.
Pada aksi RDTR dan GTRA bupati Jember Faida memilih untuk membiarkan peserta aksi padahal pada aksi tersebut bupati jember sedang berada di Pemkab mengisi acara pelatihan Beasiswa, sehingga hal tersebut memangcing situasi memanas dan terjadi chaos dan jatuhnya korban dua mahasiswa. Latiffurohman yang dirawat di RS Perkebunan dan Rangga yang dirawat di RS Daerah dr. Soebandi.
BACA JUGA: Jembatan Jompo Ambruk Jadi Wisata Malam
Sedangkan untuk aksi PMII bersema Petani siang hari tadi, bupati jember Faida kembali memilih enggan menemui peserta aksi tanpa alasan padahal pada saat itu sedang berada di jember, hal tersebut secara tidak langsung memicu peserta aksi kembali memanas setalah berjam-jam menunggu di tengah guyuran hujan, akhirnya saling pukul antara peserta aksi dan polisi tak terelakan sehingga 6 mahasiswa terpaksa dilarikan kerumah sakit satu diantara kabarnya terpaksa diharuskan menjalani operasi rahang karena luka yang serius.
Penulis : Akbar
Publisher : Bowo

1 Comments
Banyak yg thypo kak
ReplyDeleteDi perbaiki lagi ya