foto : Istimewa


Kediri, Pendidikan merupakan pintu gerbang menuju kesuksesan. Begitulah kiranya orang-orang bijak mendidik manusia Indonesia demi memastikan bangsa Indonesia ke depan dipimpin oleh orang-orang yang mengerti, lebih-lebih terdidik nan adil sejak dalam pikiran sebagaimana didendangkan oleh Pram. Berdasarkan wejangan itu, kampung inggris pare boleh dikata turut memainkan peran vital dalam proses penggemblengan manusia Indonesia yang mengerti dan terdidik. Kampung inggris telah mengajarkan bahasa inggris yang sebagaimana kita tahu bahwa bahasa inggris telah menjadi golden ticket untuk belajar di dalam atau luar negeri sebagai pijakan pengabdian teruntuk bangsa.

Baca Juga : PLTB Terbesar Di JawaBerk 50 MW Akan Dibangun Di Banyuwangi

Selaras dengan itu, bangsa Indonesia dewasa ini rasa-rasanya memang haus kehadiran kaum intelektual. Setidaknya hal ini terlihat dari beberapa beasiswa dari pemerintah. Sebutlah Beasiswa Unggulan, LPDP, dan PMDSU merupakan beberapa beasiswa yang digandrungi oleh agen intelektual kita. Dari kesemuanya itu, memberikan syarat berupa kemampuan bahasa inggris melalui standarisasi IELTS, TOEIC, atau TOEFL.

Setidaknya ada sekitar 200an lembaga bimbingan belajar di kampung inggris dengan spesialisasi program yang komprehensif dan variatif. Dengan demikian, ketakutan calon mahasiswa mengenai kemampuan berbahasa inggris sebagai syarat memperoleh beasiswa dapat teratasi. Sebab hanya dengan 2-4 bulan saja belajar di tempat ini, tidak sulit untuk memperoleh skor-skor IELTS dkk. Namun demikian, tentu pemburu beasiswa tak boleh tenag-tenang saja, sebab adil dalam pikiran konsepnya Pram nyatanya berjalan beriringan dengan hadis bahwa musuh terbesar manusia adalah dirinya sendiri.

Baca Juga : Pemkab Lumajang LombakanP Sampah Yang Memiliki Nilai Jual


Alih-alih mengenai kemampuan bahasa inggris, hal yang paling rasa-rasanya paling krusial untuk dikontemplasikan adalah menghadapi nafsu jahat setelah berhasil menggapai beasiswa idola. Bagaimana tidak, setelah mendapat beasiswa, langsung pakai jam tangan casuo. HP yang sebelumnya cuma acus, jadi IPhine, pun juga laptop dan pelbagai style kaleng-kaleng rupanya telah ditinggalkan sebab sang pengguna telah naik kelas. Padahal yaa, kayanya subsidi itu dari duit our lovely society dan sejatinya lebih bijak jika digunakan untuk membeli buku dll yang dapat menunjang aktivitas akademik. Kan tapi, HP mewah dan laptop mewah juga menunjang produktivitas ya, ups.
Berpikir lebih mengenai hal ini, rupanya pasca mahasiswa awardee ini lulus dari kampus favorit sering galau dan lebih-lebih malah teralienasi. Tapi tak menjadi masalah besar, kan galau merupakan bagian dari kontemplasi kalau pada akhirnya insaf dan nemu pencerahan. Persoalan yang perlu diberi perhatian khusus adalah, kesiapan alumnus beasiswa menghadapi realitas dan mempertahankan idealitasnya. Boleh jadi banyak kasus, praktik pasca lulus dari kampus favorit berbeda dengan cita-cita besar yang dideklamasikan ketika proses wawancara karena bertekuk lutut pada realitas.

Baca Juga : 800 Pelajar Se-Lumajang Ramaikan LKBB


Pada akhirnya, kita perlu sadar bahwa ini dunia, bukan surga. Pastilah ada rintangan, ketidakadilan sosial, serta pertarungan hegemoni yang ditampakkan ke wajah kita. Oleh karenanya, perlawanan dan perjuangan adalah pilihan yang tak pelak wajib untuk dilakukan. Indonesia butuh orang-orang yang aplikatif dalam konsep, “Manusia bukan peliharaan dari nafsunya serta hegemoni sosial di sekitarnya”. Dengan demikian, keringat our lovely society yang dalam hal ini merupakan beasiswa, tidak tercampakkan, melainkan merupa menjadi investasi besar bangsa Indonesia.

Penulis     : Farhan Aziz
Publisher : Asep Yasin